Menurut Salim, salah satu warga yang menanam tanaman hortikultura di pekarangan rumahnya, harga sayur di daerah tersebut terjaga stabil pada rentang harga yang tinggi dalam jangka waktu yang lama.
Tantangan ini membuka peluang besar untuk pengembangan budidaya hortikultura melalui sistem tumpang sari dengan kelapa sawit. Pola tanam tumpangsari pada tanaman hortikultura akan meningkatkan diversitas dan stabilitas ekosistem pertanian, meningkatkan pendapatan petani, mengurangi erosi tanah dan mengurangi investasi hama dan penyakit tanaman (Kuvaini, 2022).
Teknik tersebut memungkinkan petani untuk menanam berbagai sayuran, buah-buahan, dan tanaman obat di antara barisan kelapa sawit muda, sehingga mengoptimalkan penggunaan lahan sekaligus mempertahankan keanekaragaman hayati.
Selain itu, sistem tumpang sari ini dapat meningkatkan pendapatan petani secara signifikan. Dengan perencanaan agronomis yang tepat dan pemilihan varietas tanaman hortikultura yang sesuai, tumpang sari hortikultura, dan kelapa sawit dapat menjadi strategi inovatif untuk mengatasi penurunan produksi hortikultura di Bengkulu Utara, sambil tetap mendukung ekspansi industri kelapa sawit.
Sudiran, seorang petani di Bengkulu, telah memanfaatkan lahan kelapa sawit belum menghasilkan (TBM) dengan menanam semangka sebagai tanaman tumpang sari. Inisiatif ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan lahan yang belum produktif, tetapi juga memberikan sumber pendapatan tambahan.
Dengan menanam semangka di antara barisan kelapa sawit muda, Sudiran berhasil memanfaatkan lahan yang tersedia secara efisien. Selain itu, metode tumpang sari ini membantu menjaga kesuburan tanah dan mengurangi gulma secara alami. Didukung dengan kondisi tanah yang ternyata sangat sesuai untuk budidaya semangka, usaha tersebut memiliki prospek cerah untuk diterapkan lebih luas oleh petani di Bengkulu.
Keberhasilan Sudiran menunjukkan bahwa kombinasi antara kelapa sawit dan semangka yang menggunakan sistem tumpang sari dapat menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan petani, sekaligus mendukung keberlanjutan agrikultur di wilayah Bengkulu Utara, khususnya desa Fajar Baru.
Sumber Referensi:
- Eriandy, F. M. (2021). Analisis Aglomerasi Pada Koridor Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, 20(2): 134-159.
- Kuvaini, A., Vira I. S., Doly S. (2022). Implementasi Model Tumpang Sari Kelapa Sawit dan Semangka di Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat Bagan Sinembah Rokan Hilir Riau. Jurnal Citra Widya Edukasi, 14(1): 1-12.
* Artikel ini disadur dari goodnewsfromindonesia.id