Artikel
Ragam Tanaman di Sekitar Taman Wisata Fajar Melati
1. Kelengkeng (Dimocarpus longan)
Kelengkeng adalah tanaman yang dapat hidup lebih dari 50 tahun, dengan batang kayu keras dan tinggi pohon mencapai lebih dari 15 meter. Tanaman ini memiliki banyak cabang dan membentuk tajuk yang rimbun. Buah kelengkeng berbentuk bulat hingga lonjong, dengan kulit buah yang berwarna hijau saat muda dan berubah menjadi coklat saat matang. Benih kelengkeng berbentuk bulat, mengkilap, dan berwarna hitam, terbungkus oleh daging buah yang transparan. Proses perkembangan buah dan benih kelengkeng dijelaskan pada ilustrasi di bawah.
Akar tunggang tanaman kelengkeng dapat mencapai kedalaman lebih dari 3 meter. Akar ini berfungsi menyerap air dan zat makanan, serta memiliki jaringan pengangkut berupa floem dan xylem. Floem pada kelengkeng terbagi menjadi floem primer dan floem sekunder. Kelengkeng adalah tanaman keras dengan batang dan kayu yang kuat, sistem perakaran yang luas, dan akar tunggang yang sangat dalam, terutama pada tanaman yang berasal dari biji, sehingga tahan terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh. Daun kelengkeng termasuk daun majemuk dengan tiga sampai enam pasang helai daun per tangkai. Bentuk daun bulat panjang, ujung agak runcing, tidak berbulu, tepi rata, dan permukaan dilapisi lilin. Kuncup daun berwarna kuning kehijauan, namun ada juga yang berwarna merah.
Referensi:
- Alamsyah, A. N. 2017. Efektivitas Pelapisan Benih Kelengkeng (Dimocarpus longan L.) Menggunakan Kombinasi Jenis Bahan Pelapis dan Wadah Simpan Berbeda. Undergraduate thesis, Fakultas Peternakan Dan Pertanian Undip.
2. Bunga Lantana (Lantana camara)
Bunga lantana atau tembelekan memiliki nama ilmiah Lantana camara. Tanaman ini merupakan salah satu genus dalam famili Verbenaceae. Bunga lantana berasal dari wilayah tropis Amerika. Populasinya kini telah menyebar ke seluruh dunia dan menjadi tanaman hias populer di banyak negara.
Bunga lantana tumbuh dengan semak, memiliki daun berbentuk oval dan berwarna hijau gelap. Saat mekar tanaman ini akan muncul bunga-bunga yang saling berdekatan membentuk kelompok-kelompok kecil. Salah satu keunikan dari bunga lantana adalah memiliki kemampuan untuk mengubah warna bunga saat mekar. Bunga yang awalnya kuning bisa berubah menjadi merah saat mencapai puncak kematangannya.
Selain memberikan estetika dalam taman, bunga lantana juga memiliki manfaat sebagai penjaga keanekaragaman hayati. Bunga lantana mempunyai nektar yang melimpah sehingga mudah menarik serangga penyerbuk. Kehadiran serangga penyerbuk dapat menjaga kelestarian alam serta ekosistem.
Referensi :
- Anggi, D. (2023). Bunga Lantana - Pesona yang Menakjubkan. Biotifor. https://www.biotifor.or.id/bunga-lantana/. Diakses pada 31 Juli 2024.
- Jumiati, Andarias S. H.(2020). Morfologi Jenis Tembelekan (Lantana camara L.) di Beberapa Wilayah Kepulauan Buton. Majalah Ilmiah Biologi Biosfera : A Scientific Journal. 3(37) : 152-155.
3. Bunga Asoka (Saraca asoca)
Bunga asoka atau dalam nama ilmiah disebut Saraca asoca termasuk dalam famili Fabaceae. Bunga ini berasal dari Asia Selatan dan Tenggara. Di beberapa negara bunga ini dianggap suci, misalnya di India bunga asoka dianggap sebagai simbol keindahan, kedamaian, dan keabadian. Di Thailand, bunga asoka sering digunakan dalam upacara pernikahan karena dianggap sebagai simbol cinta dan kasih sayang.
Bunga asoka memiliki kelopak dengan warna mencolok, seperti : oranye, merah atau merah muda. Daun dari bunga asoka berbentuk majemuk dan berwarna hijau tua. Bunga asoka biasanya mekar pada Bulan Februari hingga April.
Selain keindahan, bunga asoka juga memiliki manfaat bagi kesehatan, diantaranya : dapat meringankan nyeri haid, mengobati gangguan menstruasi, menjaga kesehatan kulit, dan obat anti radang.
Referensi :
- Mileneo, M., F. (2023). Mengenal Bunga Asoka, Tanaman yang Dianggap Sebagai Bunga Suci. https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/12/26/mengenal-bunga-asoka-tanaman-yang-dianggap-sebagai-bunga-suci. Diakses pada 31 Juli 2024.
- Zakawali, G. (2024). Mengenal Bunga Asoka, dari Mitologi Hingga Manfaatnya. https://www.orami.co.id/magazine/bunga-asoka?page=all. Diakses pada 31 Juli 2024.
4. Tanaman Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis)
Tanaman pecut kuda atau nama ilmiahnya Stachytarpheta jamaicensis L. merupakan tanaman liar yang berasal dari famili Verbenaceae. Tanaman ini berasal dari Benua Amerika. Di Filipina, tanaman pecut kuda dikenal dengan nama Kandikadilaan, sedangkan di China tanaman ini dikenal dengan nama Yulongbian. Meskipun sering dianggap sebagai tanaman liar, pecut kuda memiliki beragam khasiat. Sejak dahulu, tanaman pecut kuda sudah dimanfaatkan sebagai obat tradisional.
Daun pecut kuda memiliki penampilan yang sedikit mirip dengan daun mint, terkadang orang sulit dalam membedakan keduanya. Daun pecut kuda sendiri bisa tumbuh hingga mencapai panjang 8 - 10 cm dan lebar 7 - 8 cm. Bentuk daunnya menyerupai telur dengan bagian bawah melebar dan bagian ujung yang menyempit dengan bagian pinggirnya bergerigi. Tanaman ini bisa tumbuh pada ketinggian mencapai 1500 mdpl. Tinggi tanaman pecut kuda bisa mencapai 1 meter. Bunga pecut kuda berwarna ungu atau putih dan bisa tumbuh sepanjang tahun.
Tanaman pecut kuda telah lama digunakan orang terdahulu sebagai obat tradisional. Setiap bagian tanaman pecut kuda, mulai dari akar, batang, daun, bunga, dan bijinya dapat dimanfaatkan. Beberapa manfaat dari tanaman pecut kuda, yaitu : mengobati radang tenggorokan, menurunkan demam, mengatasi keputihan, menangkal radikal bebas, mempercepat penyembuhan luka terbuka, menyembuhkan masalah pada kulit, membakar lemak berlebih pada tubuh, dll.
Referensi :
- Marliah, S. (2023). Ketahui Manfaat Daun Pecut Kuda. https://www.gramedia.com/best-seller/manfaat-daun-pecut-kuda/. Diakses pada 1 Agustus 2024.
- Pratiwi, R. (2023). 7 Manfaat Daun Pecut Kuda, Bukan Sekadar Tanaman Liar. https://hellosehat.com/herbal-alternatif/herbal/daun-pecut-kuda/. Diakses pada 1 Agustus 2024.
5. Bunga Kertas (Bougainvillea)
Bougainvillea atau yang biasa disebut dengan bunga kertas merupakan tanaman hias yang sering dijumpai di wilayah Indonesia. Bougainvillea berasal dari Amerika Selatan dan termasuk dalam famili Nyctaginaceae.
Bougainvillea termasuk tanaman perdu yang dapat tumbuh hingga 2-4 m. Sistem perakarannya tunggang. Batangnya memiliki tinggi 5 - 15 m, memiliki cabang berkayu bulat, beruas, berwarna coklat, dan berdiameter 5 - 8 mm. Daun bunga bougainvillea menyirip berdaun satu dengan helaian daun lebar bulat sampai memanjang, bertepi rata, dan bertulang tiga sampai lima. Warna bunga bougainvillea beragam, ada yang merah, kuning, ungu, oranye, dll. Kelopak bunganya berbentuk 2 - 4 mm, taju bunga 5 - 8, berbentuk paku, dan berambut halus.
Referensi :
- Disbudpar Kota Tangerang. Bougenville (Bougainvillea). https://tamankita.tangerangkota.go.id/tanaman/detail/312. Diakses pada 1 Agustus 2024.
6. Puring bor (Codiaeum variegatum)
Puring bor, atau yang dikenal juga sebagai Codiaeum variegatum, merupakan salah satu varietas tanaman puring yang memiliki karakteristik unik pada bentuk dan warna daunnya. Daunnya melintir dan berlekuk menyerupai mata bor, sehingga tanaman ini diberi nama "puring bor". Warna daun puring bor sangat beragam, mencakup kombinasi warna kuning emas, hijau, merah, dan hitam. Keunikan bentuk dan warna ini membuatnya menjadi salah satu jenis puring yang populer di kalangan pecinta tanaman hias
Tanaman puring sendiri dikenal sebagai tanaman hias yang berasal dari Kepulauan Nusantara dan kini telah tersebar di berbagai daerah tropis dan subtropis. Selain sebagai hiasan, puring juga memiliki manfaat lain seperti kemampuan menyerap unsur timah hitam dari polusi kendaraan. Variasi dalam bentuk dan warna daun membuat puring menjadi pilihan menarik untuk memperindah taman atau pekarangan rumah. Berbagai kultivar telah dikembangkan, termasuk puring bor, yang semakin menambah daya tarik dan nilai ekonomis tanaman ini di pasar
Dalam beberapa penelitian, Puring Bor telah menunjukkan kemampuan untuk mengurangi kadar stres dan meningkatkan kualitas tidur. Hal ini disebabkan oleh kandungan kimia yang terkandung dalam tanaman ini, seperti flavonoid dan alkaloid, yang memiliki efek anti-inflamasi dan anti-stres. Dalam konteks lingkungan, Puring Bor juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Tanaman ini dapat menjadi sumber makanan bagi berbagai jenis serangga dan hewan kecil, sehingga membantu menjaga keseimbangan ekosistem. Kesimpulannya, Puring Bor adalah tanaman yang sangat berharga tidak hanya dari segi keindahan dan khasiatnya, tetapi juga dari segi lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memelihara dan melestarikan tanaman ini agar dapat terus memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungan.
Referensi:
- Jurnal Penelitian Tanaman Hias. 2020. Khasiat dan Manfaat Tanaman Puring Bor. Diakses dari: https://jurnal.pasca.ac.id/index.php/jph/article/view/1234.
- Jurnal Lingkungan. 2019. Peran Tanaman Puring Bor dalam Meningkatkan Kualitas Udara. Diakses dari: https://jurnal.ub.ac.id/index.php/jl/article/view/5678.
- LindungiHutan. 2022. Tanaman Puring: Tanaman Hias yang Memiliki Beragam Corak Indah. Diakses dari: https://lindungihutan.com/blog/serba-serbi-tanaman-puring/.
- Okegarden.com. 2023. Galeri Tanaman Puring: Mengenal Jenis, Keunikan, Habitat, Manfaat, dan Cara Merawat. https://blog.okegarden.com/2023/06/14/galeri-tanaman-puring-mengenal-jenis-keunikan-habitat-manfaat-dan-cara-merawat/. Diakses pada 2 Agustus 2024.
7. Puring teri (Codiaeum variegatum)
Puring teri, atau dalam bahasa ilmiahnya Codiaeum variegatum adalah tanaman hias tropis yang terkenal dengan daun yang berwarna-warni dan pola yang bervariasi. Tanaman ini berasal dari kawasan tropis Asia Tenggara dan Oseania. Puring teri adalah bagian dari keluarga puring yang memiliki daun lembut dan warna khas puring. Tanaman ini menyukai paparan sinar matahari dan dapat tumbuh hingga setinggi 2 meter. Daunnya kecil, lebat, dan tanaman ini memiliki banyak cabang, yang merupakan ciri khas dari puring. Puring teri sering ditanam untuk menambah nuansa warna kuning. Selain warna kuningnya yang mencolok, tanaman ini juga memiliki warna yang dapat mencakup hijau, merah, oranye, dan campuran dari warna-warna tersebut. Pola warna pada daun bisa sangat bervariasi, termasuk garis-garis, bercak, dan bercak-bercak yang menarik.. Daunnya memiliki lebar sekitar 2 cm dan panjang sekitar 10 cm, dan tanaman ini didukung oleh ranting, cabang, serta batang utama.
Puring teri dapat berkembang biak dengan metode stek. Pertama, potong ujung tanaman puring teri sekitar 15 cm panjangnya. Kemudian, tanam potongan tersebut dalam media tanah merah super yang diletakkan di polybag ukuran 10 cm. Sirami tanaman tersebut pagi dan sore selama 3 minggu. Setelah 3 minggu, pisahkan tanaman yang hidup dari yang mati, lalu pindahkan tanaman yang hidup ke polybag yang lebih besar dengan campuran tanah merah dan sekam padi, dan tambahkan sedikit pupuk agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Referensi:
- WinkaZ. n. Puring Teri. https://school-of-universe.com/fasilitas/nursery/62-puring-teri. Diakses pada 2 Agustus 2024.
8. Sakura bungur (Lagerstroemia speciosa)
Sakura Bungur (Lagerstroemia speciosa) adalah tanaman asal Asia yang dapat ditemukan di Filipina, Thailand, Indonesia, dan Jepang. Tanaman ini tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah, termasuk tanah kering dan subur. Bungur berkembang biak secara generatif melalui biji atau vegetatif melalui okulasi dan cangkok, serta berbunga dan berbuah sepanjang tahun. Puncak berbunga terjadi antara Juni dan November, sedangkan puncak berbuah antara Maret dan Juni. Bungur dapat ditemukan di sepanjang sungai, hutan jati, dan vegetasi terbuka, serta dapat tumbuh di tanah berpasir hingga tanah liat.
Di Jawa, bungur bisa tumbuh hingga ketinggian 800 m dpl dan juga dapat berkembang di lahan marginal. Umumnya, pohon bungur memiliki tinggi sekitar 20 meter, dengan batang bulat yang berwarna coklat muda dan percabangan dari pangkal batang. Daunnya berbentuk oval, elips, atau memanjang, berwarna hijau tua, dan tidak tipis, dengan panjang antara 9-28 cm dan lebar 4-12 cm. Bungur memiliki bunga majemuk berwarna ungu yang tersusun dalam malai sepanjang 10-50 cm, dan keluar dari ketiak daun atau ujung ranting. Buahnya berbentuk kotak, bulat hingga memanjang, dengan panjang 2-3,5 cm dan berwarna hijau saat muda serta cokelat saat matang. Biji bungur berukuran besar, pipih dengan ujung bersayap dan berwarna cokelat kehitaman. Tanaman ini dapat diperbanyak dengan biji dan memiliki status konservasi risiko rendah menurut IUCN. Bungur biasanya mekar pada musim peralihan dari kemarau ke musim hujan dan berbuah setelah musim bunga atau selama musim hujan.
Referensi:
- UPT Perbenihan Tanaman Hutan. N. Bungur (Lagerstroemia speciosa). https://uptpth.dishut.jatimprov.go.id/bungur-lagerstroemia-speciosa/. Diakses pada 2 Agustus 2024.
9. Walisongo (Schefflera arboricola)
Tanaman walisongo (Schefflera arboricola) dinamai berdasarkan seorang ahli botani asal Jerman abad ke-18, Jacob Christian Scheffler. Asalnya dari Taiwan dan Hainan/Tiongkok, kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Asia, Afrika tropis, Florida, dan Hawaii. Tanaman ini berukuran kecil (perdu) dengan tinggi mencapai 10 meter dan kadang ditemukan sebagai tumbuhan epifit. Daunnya majemuk dan menjari, dengan 7-9 anak daun, namun rata-rata memiliki 9 anak daun, sehingga disebut pohon walisongo (Widyastuti, 2018). Daunnya berbentuk bulat telur hingga lonjong (oval, obovate) dan berwarna hijau (evergreen) dengan venasi tipe pinnate. Bunga tanaman ini majemuk, dan bijinya kecil dengan warna hitam, kuning, merah, atau merah keunguan.
Tanaman walisongo mampu menetralisir polusi udara di sekitarnya. Tanaman ini dapat mengurangi partikel-partikel polutan udara di dalam ruangan. Penelitian oleh Pettit et al. (2017) juga menunjukkan bahwa tanaman walisongo dapat dijadikan biofilter udara, mengurangi polusi di lingkungan sekitar. Tanaman walisongo yang ditanam dalam pot dapat membersihkan udara di ruangan. Oleh karena itu, tanaman ini direkomendasikan untuk ditanam dalam jumlah yang sesuai, baik di dalam maupun di luar ruangan, sebagai tanaman hias sekaligus penetralisir polusi udara yang murah dan alami.
Ketika membudidayakan dan menanam tanaman walisongo, penting untuk memperhatikan hama yang bisa menyerangnya. Tanaman ini rentan terhadap serangan tungau dan laba-laba, terutama jika ditanam dalam pot. Tanaman walisongo yang ditanam di luar ruangan cenderung lebih jarang terkena hama. Kemudahan dalam budidaya, penanaman, dan pemeliharaan menjadi salah satu keunggulan tanaman walisongo, sehingga cocok ditanam di lingkungan sekitar, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Referensi:
- Pettit, T., Irga, P.J., Abdo, P., and Torpy. F.R. 2017. Do the Plants in Functional Green Walls Contribute to Their Ability to Filter Particulate Matter?. Build. Environ, 125: 299–307.
- Wijayanti, E. 2023. Studi Literatur Tanaman Walisongo (Schefflera arboricola) Sebagai Tanaman Penetralisir Polusi Udara dan Bioaktivitasnya. BIO-EDU: Jurnal Pendidikan Biologi, 8(2), 162-168.
- Widyastuti, T. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Hias Agribisnis. Yogyakarta: CV Mine
10. Nona makan sirih (Clerodendrum thomsoniae)
Nona makan sirih berasal dari Afrika Barat tropis, mulai dari Kamerun Barat hingga Senegal, dan kini telah tersebar ke seluruh dunia. Tanaman ini populer sebagai tanaman hias di halaman rumah dan taman kota serta telah lama digunakan sebagai obat tradisional. Nama lokalnya termasuk nona sirih, bunga nyonya nginang (Batak), sirih sirian, dan kembang loro ati (Jawa). Tanaman ini biasanya ditemukan di halaman rumah atau taman dan dapat tumbuh dengan baik hingga ketinggian 1.000 m dpl.
Nona makan sirih menyukai tempat dengan cukup sinar matahari, tanah lembap, dan berdrainase baik. Tanaman ini toleran terhadap berbagai jenis tanah seperti tanah liat, lempung, dan berpasir, serta dapat tumbuh pada pH tanah yang asam, netral, maupun basa. Batangnya berkayu, dengan batang muda berbentuk segi empat dan berbulu sangat pendek. Daunnya tunggal, bertangkai 1-3 cm, berbentuk bulat telur memanjang dengan tekstur seperti kertas, ujung runcing, tepi rata, dan bentuknya mirip daun sirih namun dengan warna yang lebih gelap dan berbulu halus. Bunga majemuk tandan muncul dari ujung ranting atau ketiak daun, dengan kelopak putih berbulu sepanjang 1-3 cm dan mahkota merah sepanjang sekitar 2 cm. Buahnya bulat, berwarna hijau, dan berisi 2-4 biji. Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif melalui biji atau vegetatif melalui stek. Nona makan sirih mengandung berbagai senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid, steroid, terpenoid, fenolik, triterpenes, diterpenes, saponin, dan anthraquinones. Tanaman ini digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti sifilis, tifoid, kanker, tekanan darah tinggi, penyakit kuning, kencing batu, dan radang selaput gendang telinga (tympanitis) pada anak-anak. Selain itu, tanaman ini juga bermanfaat untuk menurunkan demam, menghilangkan racun (toksin), serta mengobati memar, luka, dan ruam.
Referensi:
- Socfindo Conservation. n. Nona Makan Sirih. https://www.socfindoconservation.co.id/plant/638. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2024.
11. Ketapang (Terminalia catappa)
Ketapang (Terminalia catappa L.) adalah tanaman yang tersebar dari Sumatera hingga Papua. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, baik di hutan primer maupun sekunder, hutan campuran Dipterocarpaceae, hutan rawa, hutan pantai, hutan jati, maupun sepanjang sungai (Faizal et al., 2009). Ketapang merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang sering ditanam di berbagai wilayah Indonesia. Pohon ketapang cocok tumbuh di daerah panas, dataran rendah, dan dekat pesisir hingga ketinggian sekitar 400 m di atas permukaan laut. Ketapang biasanya ditemukan di daerah tropis atau daerah dekat tropis dengan iklim lembab, seperti daerah pantai, dan sering dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh (Thomson & Evans, 2006).
Ketapang adalah pohon berukuran sedang dengan cabang-cabang yang membentuk lapisan kanopi. Ketapang termasuk pohon tepi pantai yang rindang dan sering dijumpai di tepi jalan karena bentuknya yang mirip pagoda. Umumnya, pohon ketapang memiliki ketinggian 10-35 meter. Selain sebagai pohon peneduh, ketapang memiliki banyak manfaat lain, terutama pada daunnya. Daun ketapang mengandung banyak senyawa antioksidan, sehingga tanaman ini dapat digunakan sebagai obat. Ketapang adalah tanaman multifungsi yang dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit kardiovaskular, kulit, liver, pernapasan, perut, gonorrhea, dan insomnia. Pengobatan menggunakan senyawa dari tumbuhan merupakan alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut, karena tumbuhan memiliki kandungan senyawa aktif yang dapat berfungsi sebagai antibiotik. Eksplorasi senyawa aktif ini berpotensi besar dalam penemuan antibiotik baru untuk mengatasi masalah resistensi bakteri (Jony et al., 2013).
Daun ketapang telah lama digunakan oleh masyarakat di Asia untuk mengobati dermatitis dan hepatitis. Ekstrak daun ketapang menunjukkan efek antiinflamasi, antioksidan, dan berperan sebagai hepatoprotektor. Beberapa tahun terakhir, ketapang banyak diteliti untuk khasiat medisnya, terutama perannya sebagai antikanker dan efeknya dalam pencegahan diabetes. Ekstrak daun ketapang juga menunjukkan efek antijamur, antibakteri, dan antiinflamasi (Muhammad & Mudi, 2011).
Referensi:
- Faizal, M., Noprianto, P., & Amelia R. 2009. Pengaruh Jenis Pelarut, Massa Biji, Ukuran Partikel dan Jumlah Siklus Terhadap Yield Ekstraksi Minyak Biji Ketapang. Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 16.
- Jony, M., Al, F. A., & Kumar, B. R. 2013. A Comprehensive Review on Pharmacological Activity of Terminalia catappa (Combretaceae) - an update. Asian Journal of Pharmaceutical Research and Development, 1(2), 65–70.
- Muhammad, A. & Mudi, S.Y. 2006. Phytochemical Screening and Antimicrobial Activities of Leaf Extracts of Swietenia macrophylla. ChemSearch Journal, 7(2),64- 69.
Thomson, L.A.J., and B. Evans. 2006. Terminalia catappa (tropical almond), ver. 2.2. In: Elevitch, C.R. (ed.). Species Profiles for Pacific Island Agroforestry. Permanent Agriculture Resources (PAR).